Suatu
obsesi untuk melakukan perubahan tanpa kekerasan, menuju perbaikan kualitas
hidup masyarakat, khususnya kaum perempuan di indonesia. Perempuan modernis
bukanlah perempuan yang hanyut dalam jebakan pola hidup individualistik, kapitalistik,
dan hedonistik, bukan pula perempuan yang terkungkung dalam sikap apatis,
fanatik, dan patriarkis. Perempuan modernis adalah perempuan bermoral, dinamis,
kritis, sadar akan hak dan kewajibannya, memiliki empati kemanusiaan dan pro
perubahan demi perbaikan.
Perlu
diketahui, ada beberapa tahapan kesadaran yang biasanya dilalui oleh seorang
perempuan dari berpikir secara bergantung pada pandangan orang lain, ke arah
berpikir secara mandiri. Diantaranya adalah
tahapan kesadaran terhadap lingkungan yang masih melakukan sekat-sekat antara
perempuan dan laki-laki. Dan semua itu dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan “mengapa
demikian?.”
Perempuan
dalam menghayati kesadaran barunya akan mengalami kemarahan. Dia marah karena kesadaran
barunya menyebabkan ia menilai lingkungan dan laki-laki sebagai opresif. Namun rasa
marah terhadap sikap misoginis, diskriminatif terhadap perempuan, patriarkis, adalah
penting dan dibenarkan. Karena rasa marah tersebut akan memberikan energi untuk
tetap berjuang dalam keinginan mengubah kondisi perempuan menuju ke arah yang
lebih baik. Dan jika perempuan dapat melampaui tahapan tersebut, biasanya ia
muncul lebih percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain secara Setara.
Tahapan
berikutnya, perempuan mengakui bahwa dia telah berkolaborasi dengan viktimisasi
tentang dirinya. Sebagai perempuan, ia menerima pandangan yang didasarkan pada
asumsi seksis dalam lingkungan dimana dia berada. Namun kesadaran barunya
sebagai perempuan tersebut, akan membuka hati dan matanya untuk mulai melihat
bagaimana dia dapat mempengaruhi perubahan. Nah... dalam tahapan ini, energi
lebih berfokus pada tujuan dan aktifitas yang dapat menstimulasi terjadinya
perubahan.
Selanjutnya
kesadaran tahap ahir, kesadaran ini akan menampilkan perempuan dari identitas
kolektif dengan cara mengeksplorasi potensinya sebagai pribadi yang utuh. Sifat-sifat
yang secara tradisional yang disebut sebagai maskulin, seperti berani
mengutarakan pendapat, mempunyai aspirasi dan ambisi yang jelas bagi dirinya dan
lain sebagainya, itu dikaji dengan kaitan dirinya sebagai perempuan. Dan yang
menjadi tantangan berikutnya adalah bagaimana menerapkan keterampilan tersebut secara
konsekuen.
Untuk
itu mari kita bangun kesadaran-kesadaran akan kemampuan yang kita miliki tanpa
ada sekat maupun batas, karena batasan manusia hanyalah dihadapan tuhan semata,
yakni iman dan taqwa. Dan tepat sekali dengan peringatan hari sumpah pemuda
ini, mari kita serukan pada hati kita masing-masing, bahwa “Akulah Muslimah
Reformis”. Yang akan menjadi pioner dalam pemikiran dan tindakan tentang
bagaimana melepaskan perempuan dari belengguh keterpurukan dan menjadikan masyarakat
menuju masyarakat yang berkualitas.
#OneDayOnePost