Disadari
atau tidak, dengan isu-isu yang sedang berkembang sekarang ini, tentang pidato
salah satu calon gubernur DKI Jakarta, yaitu Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) di
kepulauan seribu, yang sontak membuat geger seluruh etnis, terutama islam, karena
mayoritas warga Indonesia merupakan penduduk muslim. Dengan bumingnya isu tersebut, hampir seluruh masyarakat
Indonesia mempelajari tafsir al-Qur’an surat al-Maidah ayat 51, itu baru satu
ayat saja. Secara tidak langsung, calon gubernur ini memerintahkan kita untuk belajar ilmu tafsir, bener gak?. Saya
juga tidak tau, apakah kita orang muslim harus berterima kasih atau kah harus
membeci. Yang jelas jika ketemu beliau saya ingin sampaikan “pak bro, ayat al-Qur’an
itu ada 6000 sekian, sebutin ajalah satu-satu tiap hari, biar warga terus belajar
tafsir tiap hari, dan bisa jadi ahli tafsir semuanya, biar masyarakat Indonesia
menjadi masyarakat yang Qur’ani.”
Gara-gara
Ahok, hampir seluruh masyarakat Indonesia, baik yang muslim maupun non muslim,
semuanya membedah Q.S. al-Maidah:51, bahkan ada yang menerjemahkan dari
berbagai bahasa juga. Coba bayangkan, sinyalnya kuat banget, sinyal wifi kos
saja sampe kalah cepet dengan beritanya Ahok, satu orang saja sudah menggegerkan
satu negara, busyet dah...
Tidak
hanya itu, isu-isu seperti ini juga menjadi bahan diskusi yang hangat di
kalangan para mahasiswa di kelas, tidak hanya jurusan tafsir saja, melainkan fakultas syariah dan hukum, fakultas
humaniora, ushuluddin dan lain sebagainya, hampir semua jurusan membahas
tentang tafsir Q.S. al-Maidah:51, keren bukan?
Berkaitan
dengan demokrasi dan kepemimpinan, menurut saya, sah-sah saja jika pemimpin
adalah orang non muslim, selagi dia masih satu tujuan, yaitu membangkitkan negeri
ini dari keterpurukan. Coba deh bayangkan, jika sanak saudara kita sedang sakit
parah, kemudian kita disuruh memilih dokter. Dokter mana yang mau kita pilih,
dokter yang sudah berpengalaman tapi non muslim, atau dokter yang minim pengalaman
tapi muslim? pastilah kita memilih yang lebih berpengalaman bukan?, sesungguhnya
yang dimaksudkan Q.S. al-Maidah:51 seperti itu. Dan perlu di ketahui bahwa ayat
tersebut tidak turun dengan sendirinya, melainkan berkaitan dengan ayat-ayat
sebelumnya. Jadi kita jangan menyimpulkan hanya dengan satu ayat saja, seperti
yang dilakukan oleh Ahok. al-Qur’an tidak bisa dimaknai demikian, karena al-Qur’an
itu turun berangsur-angsur dan sangat berkaitan erat dengan ayat sebelumnya.
Jadi
menurut saya, pahami dulu asbabunnuzul ayat tersebut, pahami dulu
asbabulwurudnya ayat tersebut seperti apa. Kalau hanya mengambil satu ayat saja
ya jadinya salah kaprah, seperti yang Ahok katakan, “dibodoh-bodohi dengan
al-Qur’an”. Justru yang dibodoh-bodohi itu mereka yang tidak faham dengan
kandungan ayat al-Qur’an. Salah besar jika mengambil benang merah hanya dengan
satu ayat saja, karena ayat tersebut tidak independen pak bro, melainkan masih
berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya.
Q.S.
al-Maidah:51, itu tentang kaum yahudi dan nasrani yang tidak mau mengikuti al-Qur’an,
sedangkan al-Qur’an merupakan perbaikan dari kitab-kitab terdahulu akibat ulah
kaum-kaum sebelumnya, sehingga mereka tidak bisa dijadikan pemimpin, karena
pedoman mereka sudah salah, untuk itu mereka tidak layak untuk dijadikan
panutan. Dan ketika kita terapkan dalam konteks indonesia, hemat saya, siapapun
dan dari golongan manapun sah untuk menjadi pemimpin jika “tujuan atau visi
misinya sama”, percuma dari kaum muslim tapi tujuan mereka lawan arah, begitu
kasarannya.
Jadi
menurut saya, sudahlah jangan mempolitisi agama, karena agama tidak untuk di
politisi. Politik dan agama itu harus di bedakan, tidak bisa disatukan. Agama itu
bersifat irasional sedangkan politik atau urusan negara itu rasional, jadi tidak
bisa jika di satukan. Kalau sudah seperti ini ya bubar barisan, karena nantinya
yang akan timbul adalah kefanatikan antar golongan dan berujung pada
perpecahan. Menyatukan bangsa itu tidak semudah membereskan mainan anak kecil
yang berantakan di lantai, bisa sekejap langsung beres. Tapi perlu perjuangan
yang begitu besar yang tidak cukup dengan keringat, darah dan air mata saja, karena
menyangkut permasalahan ummat. Biarlah agama dan negara berjalan di jalurnya
masing-masing, jangan di campur-adukkan antara urusan agama dan negara, karena
mereka mempunyai jalan tersendiri, meskipun pada hakikatnya agama yang menjadi
pedoman. Karena semua agama itu benar, tidak ada satupun agama yang mengajarkan
kebathilan, melainkan kebaikan.
Tantangan
minggu ke 2 #OneDayOnePost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar